Anak pembawa sial. Anak menyusahkan. Anak tak tahu diuntung. Semua kalimat itu sudah menjadi makanan sehari-hari Ajisaka. Bukan dari orang lain, tapi dari bundanya sendiri. Selalu ada luka pada raga dan jiwanya yang ditorehkan Bunda, tanpa tahu kapan mengering. Herannya, Aji tetap sayang dan mencintai bundanya, walaupun sudah sering mendapatkan perlakuan tidak baik. Aji pun tak meminta banya…